Memupuk Kesadaran Beragama Kader HMI
Opini, Mitra News – Tulisan ini diawali dengan sebuah kalimat yang tercantum di dalam tujuan HMI yang berbunyi “Terbinanya insan akademis pencipta pengabdi yang bernafaskan Islam serta bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah Subhanahu Wa Ta’ala”. Dengan mencantumkan tujuan HMI tersebut diharapkan para pembaca khususnya kader HMI ingat kembali tentang perannya dalam mewujudkan tujuan organisasinya.
Islam sebagai asas di dalam HMI seharusnya menjadi hal yang sangat pokok dan penerapan ajarannya adalah sebuah keniscayaan yang mutlak bagi kader HMI. Namun seiring berjalannya dinamika organisasi di HMI tidak sedikit dari kader HMI yang lupa bahkan sengaja meninggalkan nilai-nilai ke-Islaman.
Pada kenyataannya, saat ini banyak kegiatan-kegiatan di HMI yang bernuansa Islami hanya sekedar ceremonial belaka namun efek nilai-nilai ke-Islamannya tidak sampai meresap untuk diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai ke-Islaman kerap sekali menjadi identitas yang dikhianati oleh sebagian kader HMI.
Nilai-Nilai Dasar Perjuangan HMI yang telah disusun oleh Cak Nur dkk. hanya mentok dibahas tanpa diaplikasikan. Sering terjadi diskusi tentang keagamaan hingga berlarut-larut namun ketika diajak untuk sholat malah enggan untuk ikut. Ironisnya ada beberapa instruktur di HMI yang seharusnya menjadi guru dan panutan yang baik malah ikut melenceng dari nilai-nilai ke-Islaman.
Banyak sekali kebangsatan – kebangsatan dan kemunafikan yang terjadi di HMI. Jika harus memaparkannya secara menyeluruh, maka kolom opini ini tidak akan cukup dan tulisan ini akan terasa sangat membosankan. Pada intinya HMI harus segera berbenah dan kesadaran dalam beragama harus senantiasa dipupuk.
Sejatinya setiap kader HMI telah memiliki kesadaran dalam beragama namun kesadaran itu tidak cukup besar dan subur sehingga tidak mampu menggerakkan mereka dalam menerapkan ajaran Islam secara maksimal. Padahal di dalam lagu hymne HMI telah disebutkan “Turut Al-Qur’an Hadits Jalan Keselamatan”, namun lagi-lagi banyak dari mereka yang mengingkari itu.
Kondisi HMI hari ini yang mengalami kemerosotan dalam penerapan nilai-nilai ke-Islaman tidak bisa terus dibiarkan. Jika terus menerus tidak adanya perubahan nyata ke arah yang positif, maka dikhawatirkan HMI akan benar-benar kehilangan identitasnya sebagai organisasi mahasiswa Islam.
Saat ini dunia semakin gawat dengan kemaksiatan yang semakin percaya diri untuk muncul ke permukaan. Tidak dapat dipungkiri bahwa ternyata banyak kader HMI yang ikut terjebak ke dalam arus kegawatan dunia hari ini, dan itu merupakan sebuah penyakit serius dalam tubuh HMI yang harus segera diobati.
Umat Islam sendiri hari ini sedang dihadapkan dengan kondisi yang sulit dalam mempertahankan secara utuh nilai-nilai ke-Islaman. Di era keterbukaan informasi yang teramat sangat luas, umat Islam mau tidak mau harus berperang melawan kemaksiatan yang semakin berani untuk tampil di area terbuka. Kita ambil salah satu contoh pada piala dunia sepak bola yang sedang berlangsung di Qatar.
Negara-negara barat semakin gencar melakukan kampanye LGBT dengan logo one love bercorak pelangi. Walaupun sempat dihalang-halangi oleh panitia pelaksana yaitu Qatar, namun hal ini membuktikan bahwa dunia hari ini semakin absurd dan liberal.
Beragam kemaksiatan lainnya juga semakin marak mewabah ke dalam lingkungan umat Islam seperti perjudian, narkoba, minum-minuman keras, perzinahan, dan kemaksiatan-kemaksiatan lainnya.
Di tengah kondisi dunia yang semakin gawat ini seharusnya kader HMI lah yang ikut berperan dalam menekan kegawatan dunia tersebut. Dimanapun ia berada, ia harus mampu menularkan virus-virus positif sehingga terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT. bukan suatu kemustahilan lagi. Namun kenyataan yang terjadi saat ini malah banyak kader HMI yang ikut bersenang-senang menikmati kegawatan dunia sehingga lupa akan fungsi dan perannya sebagai kader umat dan kader bangsa. Lagi-lagi saya menyebutkan bahwasanya kesadaran beragama dalam tubuh HMI harus senantiasa dipupuk.
Tulisan ini dibuat juga sebagai upaya untuk memupuk kesadaran beragama kader HMI. Namun dengan menulis ini, bukan berarti saya ialah orang yang paling sempurna dalam penerapan beragama melainkan juga sering khilaf dan lalai. Akan tetapi sebagai sesama Muslim sudah seharusnya kita menerapkan firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Al-‘Ashr ayat 3 yaitu nasehat menasehati dalam Kebenaran dan nasehat menasehati dalam kesabaran.
Kita mungkin pernah mendengar sebuah slogan yang berbunyi “Paksa, Bisa, Terbiasa”. Mungkin slogan ini bisa menjadi salah satu cara untuk mengobati penyakit yang di derita HMI, tentu dengan penerapan yang serius. Untuk memulai pelaksanaan penerapan slogan tersebut tentu diperlukan kader-kader HMI yang terbuka hatinya dan menyadari bahwasanya HMI hari ini sedang tidak baik-baik saja. Penerapan tersebut tentu akan lebih sukses jika dilakukan oleh kader yang juga menjabat sebagai pengurus di HMI baik tingkat komisariat hingga Pengurus Besar.
Sebagai kader HMI kita bisa memulai dengan mengajak bahkan memaksa sohib terdekat kita di dalam himpunan untuk melaksanakan shalat lima waktu dan senatiasa saling mengingatkan untuk tetap berada dalam koridor nilai ke-Islaman. Bagi kader yang juga menjabat sebagai pengurus di HMI bisa juga untuk membuat kebijakan yang sifatnya memaksa bagi kader HMI untuk selalu tunduk serta patuh terhadap syariat Islam. Dengan demikian harapannya para kader HMI akan mulai bisa dan terbiasa dalam menjalani aktifitas kehidupannya sebagai seorang Muslim dan lingkungan yang Islami insyaAllah akan terwujud.
Pada intinya, setiap kader HMI harus terlebih dahulu memiliki kesadaran yang utuh dalam menjalani kehidupannya sebagai seorang Muslim yang taat pada aturan Allah, Rasullah, dan para Ulama. Dengan begitu kita bisa berharap kedepannya HMI akan semakin siap dalam berperan aktif mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT.
Oleh : Andi Wijaya – Kader HMI Komisariat Al-Ishlahiyah, Cabang Binjai